Penerbangan

Shutdown Bikin AS Pangkas 10 Persen Penerbangan Nasional

Shutdown Bikin AS Pangkas 10 Persen Penerbangan Nasional
Shutdown Bikin AS Pangkas 10 Persen Penerbangan Nasional

JAKARTA - Krisis politik di Washington kini menular ke dunia penerbangan. 

Akibat penutupan pemerintahan (government shutdown) yang sudah berlangsung lebih dari sebulan, pemerintah Amerika Serikat (AS) akhirnya mengambil langkah drastis: memangkas 10 persen penerbangan di 40 bandara besar mulai.

Kebijakan ini diumumkan setelah dampak penutupan pemerintahan membuat kekurangan tenaga kerja parah di sektor transportasi udara. Ribuan petugas pengendali lalu lintas dan agen keamanan terpaksa bekerja tanpa bayaran, memicu antrean panjang di bandara serta penundaan penerbangan yang makin sering terjadi.

“Kami telah melakukan introspeksi terhadap pekerjaan kami,” ujar Menteri Perhubungan AS Sean Duffy, menjelaskan alasan di balik keputusan pahit tersebut.

Langkah ini menandai salah satu dampak paling signifikan dari kebuntuan politik antara Partai Republik dan Demokrat di Kongres AS, yang gagal mencapai kesepakatan soal pendanaan pemerintah federal.

Dampak Meluas: 268.000 Kursi dan 1.800 Penerbangan Hilang

Meski tidak merinci bandara mana saja yang akan terkena pemangkasan, kementerian memperkirakan kebijakan ini akan mempengaruhi sekitar 30 bandara tersibuk di AS, termasuk di kota-kota besar seperti New York City, Washington DC, Chicago, Atlanta, Los Angeles, dan Dallas.

Menurut data firma analitik penerbangan Cirium, kebijakan tersebut berarti hilangnya sekitar 1.800 penerbangan dan lebih dari 268.000 kursi maskapai dalam beberapa hari mendatang.

Kondisi ini memperparah situasi yang sudah genting. Sejak shutdown dimulai 36 hari lalu, tekanan di sektor transportasi udara meningkat tajam. Sebanyak 13.000 pengendali lalu lintas udara dan 50.000 petugas Badan Keamanan Transportasi (TSA) masih bertugas meski tidak menerima gaji.

Mereka bekerja di bawah tekanan tinggi demi memastikan keselamatan penerbangan, sementara kelelahan dan ketidakpastian finansial mulai memengaruhi kinerja di lapangan.

Langkah Pencegahan Krisis Total, Tapi Risiko Masih Mengintai

Kementerian Perhubungan menegaskan bahwa pengurangan penerbangan merupakan langkah sementara untuk mengurangi beban kerja pengendali lalu lintas udara dan mencegah kekacauan lebih besar.

Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) memperingatkan, jika kondisi terus memburuk atau terjadi gangguan tambahan pada sistem lalu lintas udara, maka pembatasan lebih lanjut bisa diberlakukan.

Organisasi industri penerbangan pun mulai bersuara. Airlines for America, kelompok yang mewakili maskapai-maskapai besar AS, mengatakan pihaknya sedang berkoordinasi dengan pemerintah federal untuk memahami detail pelaksanaan kebijakan baru tersebut.

“Kami bekerja sama dengan pemerintah federal untuk memahami semua detail mandat pengurangan baru dan akan berusaha meminimalkan dampak bagi penumpang dan pengirim barang,” ujar perwakilan Airlines for America dalam pernyataannya.

Sementara itu, FAA dijadwalkan menggelar panggilan konferensi dengan maskapai penerbangan guna menjelaskan mekanisme teknis pemangkasan penerbangan tersebut, menurut sumber-sumber industri yang mengetahui rencana itu.

Kebuntuan Politik Jadi Akar Masalah

Penutupan pemerintahan AS ini terjadi karena Kongres gagal meloloskan rancangan anggaran federal tahun fiskal mendatang yang diajukan oleh Presiden Donald Trump. Tanpa persetujuan anggaran, sebagian besar departemen pemerintah harus menghentikan operasionalnya, termasuk sektor transportasi.

Kebuntuan tersebut muncul akibat perbedaan tajam antara Partai Republik dan Demokrat.

Partai Demokrat menolak menyetujui rencana anggaran yang tidak memperpanjang subsidi asuransi kesehatan.

Partai Republik sebaliknya menolak permintaan tersebut, dengan alasan efisiensi fiskal dan fokus pada pengurangan belanja pemerintah.

Krisis ini kini sudah memasuki hari ke-36, menjadikannya salah satu shutdown terpanjang dalam sejarah AS. Dampaknya meluas ke berbagai sektor, mulai dari pelayanan publik hingga industri penerbangan, yang kini menjadi wajah paling nyata dari dampak politik yang buntu.

Penumpang Jadi Korban Utama, Maskapai Kehilangan Miliaran Dolar

Dengan pemangkasan besar-besaran ini, jutaan penumpang terancam terdampak, baik karena pembatalan jadwal maupun penundaan panjang di bandara.

Bagi maskapai, efek ekonomi shutdown juga tidak bisa diabaikan. Pengurangan 10 persen penerbangan di 40 bandara besar berarti kehilangan pendapatan dalam jumlah besar. Industri penerbangan AS sudah menelan kerugian miliaran dolar akibat keterlambatan, pembatalan, dan gangguan rantai pasok logistik.

Di sisi lain, efek domino juga menghantam industri pariwisata dan bisnis, terutama di kota-kota besar yang sangat bergantung pada lalu lintas udara. Hotel, penyedia jasa transportasi, hingga pelaku usaha kecil di sekitar bandara ikut menanggung dampaknya.

Shutdown Jadi Cermin Krisis Kepercayaan Politik

Shutdown kali ini bukan hanya soal anggaran, tapi juga menggambarkan krisis kepercayaan terhadap kinerja politik di Washington. Dengan kedua partai utama saling berseberangan tanpa kompromi, publik kini menanggung konsekuensi langsungnya.

Analis politik di AS menyebutkan bahwa kebijakan pengurangan penerbangan ini menjadi simbol nyata lumpuhnya pemerintahan akibat tarik-menarik kepentingan politik. Keputusan yang seharusnya teknis kini terhambat oleh perselisihan ideologis yang memanjang.

“Shutdown ini sudah melampaui isu fiskal, karena kini menyentuh sendi-sendi kehidupan masyarakat secara langsung—dari keamanan penerbangan hingga aktivitas ekonomi,” ujar seorang pengamat kebijakan publik di Washington DC.

AS Dihadapkan pada Dilema: Stabilitas atau Kepentingan Politik

Langkah Menteri Sean Duffy memotong jadwal penerbangan di tengah kekurangan staf mungkin menjadi satu-satunya pilihan rasional saat ini. Namun jika kebuntuan di Kongres tidak segera terpecahkan, risiko kelumpuhan sistem transportasi nasional akan semakin besar.

Shutdown yang berkepanjangan tidak hanya melemahkan efisiensi birokrasi, tapi juga menggerus kepercayaan publik terhadap pemerintah federal. Dalam situasi ini, masyarakat dan pelaku usaha berharap Kongres segera mencapai kompromi agar roda pemerintahan kembali berputar normal

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index