AS Dorong Emas

Shutdown Pemerintah AS Dorong Emas Capai Rekor Tertinggi

Shutdown Pemerintah AS Dorong Emas Capai Rekor Tertinggi
Shutdown Pemerintah AS Dorong Emas Capai Rekor Tertinggi

JAKARTA - Harga emas kembali mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah, terdorong oleh penutupan atau shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS) yang dimulai awal bulan ini. Penutupan ini menimbulkan ketidakpastian terhadap rilis sejumlah data ekonomi penting, termasuk angka ketenagakerjaan non-pertanian (non-farm payroll), sehingga meningkatkan permintaan logam kuning sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot naik 0,1% menjadi US$3.864,60 per ons pada Rabu setelah sebelumnya menguat 0,7%. Sementara itu, harga perak melonjak 2% menjadi US$47,5598 per ons, mendekati rekor tertinggi sepanjang masa. Perak telah mencatat kenaikan lebih dari 60% sepanjang tahun ini, seiring pengaruh faktor makroekonomi yang mendorong permintaan logam mulia serta ketatnya pasokan global.

Kenaikan harga emas tahun ini sudah menembus 47%, menempatkan logam kuning pada jalur kenaikan tahunan terbesar sejak 1979. Reli ini didorong oleh pembelian bank sentral, peningkatan kepemilikan di ETF berbasis emas, serta keputusan Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga.

Shutdown Pemerintah AS Picu Kenaikan Harga Emas

Rekor harga emas kali ini terjadi seiring dimulainya shutdown pemerintah AS, yang merupakan penutupan pertama dalam tujuh tahun terakhir. Gedung Putih memerintahkan lembaga pemerintah untuk “melaksanakan rencana penutupan secara tertib,” setelah paket pendanaan sementara gagal disepakati. Kondisi ini memicu ketidakpastian pasar, termasuk potensi penundaan rilis data ekonomi penting yang biasanya digunakan untuk menilai kesehatan ekonomi AS.

Dalam lima hari berturut-turut, harga emas sempat menyentuh US$3.875,53 per ons, menunjukkan penguatan yang cukup signifikan di tengah kekhawatiran pasar. Ketidakpastian politik dan ekonomi mendorong investor mencari perlindungan melalui emas, yang dianggap lebih stabil dibanding aset lain ketika pasar global mengalami volatilitas.

Faktor Lain Pengerek Harga Emas

Selain shutdown, perbedaan pandangan di antara pejabat The Fed turut memengaruhi pasar. Misalnya:

Susan Collins, Presiden Fed Boston, menyatakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan tahun ini, mengingat kondisi pasar tenaga kerja yang melemah.

Sebaliknya, Lorie Logan, Presiden Fed Dallas, menekankan kehati-hatian dalam menurunkan suku bunga tambahan karena inflasi masih tinggi dan pasar tenaga kerja relatif seimbang.

Ketidakpastian kebijakan moneter ini memperkuat posisi emas sebagai safe haven, karena investor khawatir terhadap fluktuasi pasar keuangan dan nilai dolar AS yang berpotensi melemah.

Dampak Harga Emas terhadap Pasar

Kenaikan emas hingga rekor tertinggi membawa beberapa dampak, antara lain:

Permintaan Global Meningkat: Investor dan institusi keuangan cenderung memperbanyak alokasi di emas dan perak sebagai lindung nilai.

Pasar Komoditas Volatil: Harga logam lain, seperti perak, platinum, dan palladium, juga terdorong mengikuti tren emas.

Investor Ritel Tertarik Buyback: Di Indonesia, misalnya, emas Antam dan produk UBS/Galeri24 turut merasakan dampak reli harga global.

Ketidakpastian Dolar AS: Shutdown pemerintah dan perbedaan pandangan The Fed meningkatkan risiko depresiasi nilai dolar, sehingga emas lebih diminati.

Prospek Emas ke Depan

Dengan ketidakpastian shutdown AS dan perdebatan di The Fed, harga emas diprediksi tetap berada di jalur bullish. Faktor pendorong utama masih berupa:

Permintaan bank sentral dan investor global

Stabilitas sebagai safe haven di tengah gejolak ekonomi dan politik

Defisit pasokan logam mulia akibat produksi yang terbatas

Pekan lalu, kasus hukum terhadap Gubernur Fed Lisa Cook, yang memicu ketidakpastian tambahan terkait independensi bank sentral, juga memberikan tekanan psikologis bagi pasar. Kondisi ini semakin menegaskan emas sebagai instrumen perlindungan aset jangka pendek hingga menengah.

Harga emas yang menembus US$3.864,60 per ons mencerminkan bagaimana ketidakpastian politik dan ekonomi AS dapat langsung memengaruhi pasar global. Shutdown pemerintah menjadi katalis utama, diperkuat oleh perbedaan pandangan pejabat The Fed, inflasi tinggi, dan kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja.

Investor kini memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan kepemilikan emas, baik melalui logam fisik, ETF berbasis emas, maupun produk buyback lokal, menjadikan logam kuning sebagai instrumen paling diminati di tengah volatilitas global. Reli emas kali ini diperkirakan akan berlanjut selama ketidakpastian politik dan ekonomi AS belum terselesaikan, sekaligus menegaskan posisi emas sebagai aset safe haven nomor satu di dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index