JAKARTA - Dua nama yang sempat menjadi top skor di Liga Kamboja, Ramon Tanque dan Andres Nieto, kini menghadapi kenyataan pahit setelah hijrah ke Indonesia.
Musim 2025/26 di BRI Super League belum menjadi panggung gemilang bagi keduanya, berbeda jauh dari performa impresif yang mereka tunjukkan sebelumnya.
Tanque dan Nieto sama-sama mengoleksi 21 gol di musim 2024/25 di Visakha FC, menjadikan mereka mesin gol andalan di Liga Kamboja. Tanque bahkan direkrut Persib Bandung dengan harapan mampu menggantikan David Da Silva, striker yang sebelumnya menjadi ikon gol Maung Bandung sebelum pindah ke Malut United.
Namun, hingga pekan ke-10 BRI Super League 2025/26, Tanque masih jauh dari ekspektasi. Statistik menunjukkan ia baru bermain dalam 10 pertandingan dengan total 427 menit, hanya mencatat satu assist, dan belum sekalipun mencetak gol bagi Persib.
Tantangan Ramon Tanque di Persib Bandung
Situasi Tanque semakin sulit karena Persib memiliki kompetisi internal yang ketat. Ia harus bersaing dengan Uilliam Barros dan Andrew Jung, dua striker yang kini tampil lebih tajam. Uilliam bahkan menjadi penyerang paling produktif di Maung Bandung hingga saat ini, sehingga peluang Tanque untuk menjadi starter reguler semakin terbatas.
Pelatih Persib terus memutar kombinasi lini depan demi menjaga konsistensi tim, namun Tanque belum mampu menunjukkan kontribusi signifikan. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah striker Brasil ini mampu beradaptasi dengan ritme BRI Super League yang lebih keras dan fisikal dibanding Liga Kamboja?
Kiprah Andres Nieto di Bhayangkara FC
Sementara itu, Andres Nieto yang bergabung dengan Bhayangkara FC juga menghadapi kenyataan serupa. Pemain naturalisasi Kamboja ini belum menunjukkan ketajaman yang pernah membuatnya bersinar di tanah kelahirannya.
Dari enam pertandingan musim ini, Nieto baru dua kali menjadi starter, empat kali masuk sebagai pemain pengganti, dan tiga laga lainnya ia absen total. Statistik ini jelas jauh dari ekspektasi bagi seorang penyerang yang sebelumnya menjadi top skor Liga Kamboja.
Situasi Nieto diperparah oleh keputusan pelatih Paul Munster, yang lebih sering menurunkan penyerang lokal seperti Dendy Sulistyawan. Dua laga terakhir bahkan menyisihkan Nieto dari daftar pemain, menunjukkan posisi pemain naturalisasi ini mulai terancam.
Adaptasi dan Tekanan Kompetisi
Perbedaan signifikan antara Liga Kamboja dan BRI Super League menjadi faktor utama kesulitan Tanque dan Nieto. Intensitas, fisik, dan strategi permainan di Indonesia berbeda dengan apa yang mereka hadapi sebelumnya. Penyesuaian ini memerlukan waktu, mental kuat, dan konsistensi agar bisa kembali menemukan ketajaman di depan gawang.
Tanque dan Nieto kini berada di titik krusial dalam karier mereka. Jika gagal menunjukkan perbaikan performa, peluang untuk mendapatkan kepercayaan pelatih dan menit bermain reguler akan semakin menipis. Namun, musim 2025/26 masih panjang dan memberikan kesempatan bagi keduanya untuk membalikkan keadaan.
Harapan dan Peluang Kebangkitan
Meskipun performa awal mengecewakan, Tanque dan Nieto tetap memiliki waktu untuk menunjukkan kapasitas sebenarnya. Adaptasi dengan atmosfer sepak bola Indonesia menjadi kunci, termasuk pemahaman terhadap taktik tim dan ritme fisik yang lebih tinggi.
Penggemar Persib dan Bhayangkara FC tentu berharap kedua pemain ini mampu menyalurkan potensi terbaik mereka, agar status top skor Liga Kamboja bukan sekadar kenangan lama. Jika keduanya berhasil beradaptasi, bukan tidak mungkin mereka kembali menjadi striker andalan dan memberi dampak signifikan bagi tim masing-masing.
Musim 2025/26 masih panjang, dan comeback spektakuler Tanque maupun Nieto tetap mungkin terjadi. Yang dibutuhkan adalah kerja keras, kesabaran, dan fokus untuk mengubah tekanan menjadi motivasi demi mengembalikan reputasi mereka di panggung sepak bola Indonesia.