JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Rabu.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp16.692 per dolar AS, turun 0,10% dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara itu, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS menguat 0,02% ke level 99,24. Tren pelemahan juga terlihat pada beberapa mata uang Asia lainnya, seperti ringgit Malaysia yang turun 0,16%, baht Thailand melemah 0,02%, dan won Korea Selatan turun 0,02%. Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,11%, dolar Singapura naik 0,03%, peso Filipina naik 0,22%, dan yuan China bertambah 0,01%.
Pada penutupan perdagangan Selasa (9/12/2025), rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.676,5 per dolar AS, meningkat 0,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Utang Jangka Pendek dan Risiko Rupiah
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif hari ini dan cenderung melemah di kisaran Rp16.670–Rp16.710 per dolar AS. Lonjakan utang luar negeri jangka pendek Indonesia menjadi salah satu faktor risiko.
Laporan Bank Dunia menyebut, utang jangka pendek Indonesia melonjak 29,1% menjadi US$65,12 miliar pada 2024. Peningkatan ini sebagian dipicu oleh penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebagai instrumen operasi moneter untuk menjaga stabilitas rupiah dan menarik arus modal asing. Arus masuk utang jangka pendek tercatat US$14,3 miliar, jauh di atas rata-rata dua tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, stok utang luar negeri Indonesia pada 2024 tercatat US$421,05 miliar, dengan porsi utang jangka panjang US$347,54 miliar, meningkat dibanding US$340,52 miliar pada 2023. Stok utang ini setara 135% dari ekspor dan 31% dari pendapatan nasional bruto (GNI) Indonesia, yang mencapai US$1.359,44 miliar pada 2024.
Dolar AS Menguat Didukung Sentimen Global
Penguatan indeks dolar AS dipengaruhi ekspektasi pelonggaran moneter The Fed. Pasar berjangka memperkirakan peluang sekitar 87% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 10 Desember 2025.
Meski begitu, investor tetap berhati-hati karena sinyal dari pembuat kebijakan menunjukkan kondisi ekonomi AS yang masih bervariasi. Fokus pasar saat ini tertuju pada laporan ketenagakerjaan AS, termasuk ADP Employment Change dan JOLTS Job Openings, yang akan menjadi indikator penting sebelum keputusan suku bunga The Fed.
Kurs Dolar AS di Bank-Bank Besar
Berikut kurs dolar AS terbaru hari ini di empat bank besar Indonesia:
BCA: E-rate Rp16.675/16.695. TT counter dan bank notes Rp16.500–16.800.
BRI: E-rate Rp16.671/16.698. TT counter Rp16.595/16.795.
Bank Mandiri: Special rate Rp16.680/16.700. TT counter dan bank notes Rp16.500/16.800.
BNI: Special rate Rp16.677/16.707. TT counter dan bank notes Rp16.595/16.845.
Kurs yang berbeda antar jenis transaksi (e-rate, TT counter, dan bank notes) memberi opsi bagi nasabah sesuai kebutuhan, baik untuk transaksi elektronik maupun fisik.
Faktor Internal yang Mempengaruhi Rupiah
Selain tekanan eksternal, kondisi domestik juga memengaruhi nilai tukar rupiah. Lonjakan utang jangka pendek dan penerbitan SRBI memengaruhi profil risiko rupiah. Pemerintah dan Bank Indonesia harus menyeimbangkan stabilitas nilai tukar dengan kebutuhan likuiditas di pasar.
Peningkatan utang jangka pendek bisa menjadi instrumen moneter efektif, namun berpotensi membebani anggaran negara jika tidak diiringi pengelolaan risiko yang baik. Investor cenderung menilai ketahanan fiskal Indonesia sebelum melakukan investasi dalam mata uang rupiah.
Prediksi Pergerakan Rupiah Hingga Akhir Tahun
Para analis memperkirakan rupiah akan tetap fluktuatif hingga akhir 2025. Faktor yang memengaruhi antara lain data ekonomi domestik, kondisi utang jangka pendek, serta arah suku bunga AS. Kinerja ekspor dan arus modal asing juga menjadi faktor penentu.
Dalam jangka menengah, Bank Indonesia diperkirakan akan terus melakukan intervensi untuk menjaga nilai rupiah tetap stabil, termasuk melalui SRBI dan kebijakan suku bunga acuan.
Kesimpulan dan Saran untuk Nasabah
Rupiah melemah terhadap dolar AS di tengah penguatan indeks dolar global dan lonjakan utang jangka pendek domestik. Nasabah dianjurkan memperhatikan kurs yang berbeda di setiap bank dan jenis transaksi untuk mendapatkan nilai terbaik.
Memantau pergerakan suku bunga The Fed dan data ekonomi AS juga penting karena berdampak langsung pada nilai tukar rupiah. Strategi diversifikasi dan perencanaan transaksi valas bisa membantu memitigasi risiko volatilitas.